In myself

Dear Mama Bollo

Saya suka memulai cerita saya soal pagi..because i love Pagi so much 😍

Pagi itu cerah
Pagi itu sepeti biasanya
Pagi itu aman terkendali karena semua beres pas 8.30 pagi

Z sudah ke sekolah diantar Pakciwa, sisa saya yang menunggu jemputan Pakci untuk ke kantor sesudah mengantar ummi bong (yang datang untuk menjenguk Aqsha yang lagi opname di RS).

Tapi tiba-tiba ada mobil stop yang remnya sangat menggigit.

Pakciwa dia pakciwa.

Saya cuma melongo sambil mendegarnya berkata dan berlalu.

Pakciwa: "saya mau ganti motor,mama meninggal"
Saya: "mama?" "Mama siapa?" "Mamata?"
Pakciwa: *beralu*

Seketika badan saya gemeter seakan terkunci dan sempat bergumam kenapa pakciwa mau naik motor? Saya nda ikut? Tapi sudahlah saya bergegas mengumpulkan beberapa baju Z dan otak ini masih berusaha mengelola berita itu.

Sempat saya pula bergumam kenapa tak ada kabar kalo mama lagi tidak enak perasaan. Kabar selasa kemarin kondisi mama tidak bagus tapi pakciwa pulang dan bilang mama masih seperti biasa tapi memang kondisinya lebih buruk dibanding ketika di ICU kemarin. Pipi mama bergetar dan orang rumah mengira ada strok.
Tapi tadi setelah konfirmasi di Tetti ipar  saya,kondisi mama waktu selasa memburuk setelah malamnya pakciwa kembali ke Makassar, dipanggillah H.Bombong (saudara bapak mertua) dan beliau berkata kepada Tetti kalau mama tidak usah dibawa kerumah sakit,mama hanya perlu bimbingan dan doa saat ini.
Dan Rabu semua saudara Pakciwa punya firasat tidak enak,sangat tidak enak,semuanya sedih,semuanya menagis, semuanya gelisah,tapi tidak ada yang berani mengutarakannya.

Begitupun dengan kami di Makassar, pakciwa gelisah tak tau kenapa dan memang ingin ke Takalar di kamis pagi, saya sendiri di rabu sore,ketika pekerjaan kantor sudah lowong dibelakang saya di chanel TV sedang menyiarkan ada berita duka dari ibu salah seorang selebritis.

Entah kenapa hati saya bertanya..

kondisi mama gimana?
pasti mama kesakitan lagi.
Hati saya bertanya apa saya ikhlas kalo mama pergi? Saya jawa saya ikhlas iya saya iklas karena sungguh sakitnya itu sudah luka,luka yang sungguh menyakitkan,biar mama bisa terlepas dari sakitnya.

Tapi begitu tersadar,sy langsung menggeleng dan menolak hati saya saat itu juga. Saya ngaur iya saya cuman ngaur belaka.

Kembali di Kamis pagi..
Kami segera meluncur ke Takalar.

Sesampainya disana,saya kaku tubuh saya kaku,mendapati banyak tamu banyak orang di depan rumah, saya masih belum percaya.

Sampai ketika,diatas rumah,mama sudah terbaring kaku di atas tempat tidur kecil,waja mama sudah ditutupi kain putih,tangis pakciwa meledak dan saya masih duduk kaku tak gerak tak berbuat apa-apa.
Sampai seorang tamu mencolek saya dari belakang,saya menoleh dan tamu itu berkata "kamu kesana,hampiri mertuamu".
Dan saya masih kaku. Sampai ada yang berlirih "menantu yang aneh".

Ya Allah..
Mama...maafkan saya..maaf baru datang lagi..maaf.

Saya berjalan kebelakang mencari Tetti,tapi saya tak melihatnya padahal, saya duduk sejenak menangis tapi saya mencari Tetti, ternyataTetti duduk bersandar di salah satu sudut tembok.
Saya memanggilnya,kami berbicara dan saya gemetar,saya ingin jatuh, tubuh saya remuk,tubuh saya lunglai,nafas saya tak tau dimana,sampai saya mengganti baju kantor yg saya kenakan,saya menghampiri mama,menghampiri mama yang tak lagi bisa menyapaku dengan sapaan khasnya.

Saya tak tau mau apa, mau bagaimana sampai saya tersadar dan membacakan 4 ayat terakhir di Surah Al-Fajr

Fajar (Al-Fajr):27 - Hai jiwa yang tenang.

Fajar (Al-Fajr):28 - Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.

Fajar (Al-Fajr):29 - Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,

Fajar (Al-Fajr):30 - masuklah ke dalam surga-Ku.



Seketika tangisanku pecah,tubuhku dalam keadaan normal dan tersadar bahwa ini benar-benar nyata,mama sudah pergi, mama telah dipanggil Allah..

Mama..maafkan saya begitu sibuk dengan dunia sendiri saya,maafkan yang mengira sakitmu cuma seperti yg biasa,saya menunggumu sembuh dan tetap yakin sakit mama seperti biasa,seperti yang lalu kalau mama drop dan kembali sembuh seperti biasanya.

Bersamaan dengan kubacakan surah Al-fajr hujan turun membasuh bumi takalar ini seiring tangisanku yg keluar membasahi pipi ini.

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.

Tak kukira secepat ini Z kehilangan sosok mama aji,sosok nenek yang sangat memanjakannya dengan segala kasih sayang dan materi.
Semua cucunya begitu dilimpahi kasih sayang oleh beliau. Itu yang sangat sangat saya tau begitupun dengan keluargaku yang tau betul bagaimana penuhnya kasih sayang beliau ke anak-anak dan cucunya.

Tenggorokoan ini begitu pekat, Z masih 6 Tahun 5bulan dan kehilangan sosok kasih sayang seorang nenek. Ya Allah Fa inna ma al usri yusro inna ma al usri yusro.

Hati ini bergetar..
Rasa ini tak percaya..
Mama..
Allahummaghfirlahu warhamhu waafihi wa'fu anhu...

posted from Bloggeroid

Related Articles

0 komentar:

Posting Komentar