In AIMI AIMI SulSel myself

Saya, ASI dan AIMI

Di acara  SEMBILAN AIMI kemarin ada salah satu busui bertanya ke saya, anak saya menyusu sampai usia berapa, saya langsung flashback saat itu juga, zhafirah menyusu itu hanya sampai 7 bulan karena kesalahan saya. Iya salah saya.

Saya kurang pengetahuan ASI tapi sok bisalah nyusuin, sampai suatu ketika Zhafirah sakit di usianya minginjak 3 bulan, Zhafirah demam dan tak mau nempel langsung ke PD jadi saya memakai DOT untuk media Zhafirah menerima asupan, kala itu mama saya nyuruh perah pake tangan untuk membuat stock ASIP dan saya dengan sok bilang ke mama emang bisa merah ASI pake tangan, mama bilang klo nda mau perah pake tangan kamu beli aja pompa yang kaya ijha tuh teman kamu, dimana kala itu sebenarnya sudah banyak pompa ASI yang canggis tapi kan saya tak tau banyak informasi,disitulah saya mulai browsing dan blogwalking ke blog mama-mama ketje, disitu juga saya tertarik buat blog dengan genre keluarga.

Balik ke soal ASI, saya juga sempat saat sakit ke DSA Zhafirah, Prof. Albar cuman pesan,SUSUIN terus anak kamu, masa orang papua sana yang tinggalnya di hutan biasa sukses menyusui sementara kamu tinggal di kota gak bisa. Makjleb!
Nah mulailah drama saya sebagai ibu baru 1-2 bulan pertama itu berjalan lancer kok bulan ke-3 kok ya gini, nangis dan nangis itu yang saya lakukan.

Sebagai ibu baru yang bisa saya lakukan cuman browsing demi mendapat support grup dari sesama ibu baru, berhubung teman-teman saya kala itu belum pada married. Pemdek cerita, nemu ASI For Baby dan gabung di milisnya, nah kok di ASI For Baby kala itu saya tak menemukan sesama orang Makassar ya buat saling sharing.

kelewat apa gimana, soalnya ternyata melalui kopdar ASI For Babylah lalu muncul Makassar Brestfeeding Community kata Rara (pengurus AIMI SulSel).

Nah balik ke Drama saya, saya nangislah, berbagai macama cara yang saya lakukan untuk kembali menyusui Zhafirah, mulai membeli nipple shield yang cuman sekejap dihisap sama Zhafirah terus anaknya nangis kejer lagi, lalu tak memberinya asupan apapun sampai Zhafirah nangis lalu coba saya susui dan gagal karena gak tega anaknya nangis lagi, sampai anaknya sakit lagi dan akhirnya saya nyerah! 7 bulan saya nyerah..nangislah dan galaulah saya.

Pakciwa cuman menguatkan dan terus support saya kala itu.

Pendek cerita, zhafirah 10 Bulan dan browsing sana sini akhirnya saya menemukan solusi untuk masalah saya yaitu relaktasi, iya jawabannya cuman satu yaitu relaktasi, sempat mau nyoba lakukan sendiri tapi pakciwa ngomong “zhafirah sudah makan,kamu memangnya mau nyusuin sampai kapan?kalo sudah berkegiatan kembali kamu bisa optikimis gak galau-galu lagi?” saya Cuma terdiam dan akhirnya oke case closed, maafkan bunda Zhafirah.

Sebagai bukti kuat kalo saya tidak setengah hati memberikan yang terbaik untuk Zhafirah,saya tetap dan tak berhenti baca-baca artikel tentang ASI, baik diartikel, milis ataupun blogwalking. Sampai suatu ketika saya tau MBC adakan kopdar lanjut dari ASI For Baby dari Hilda teman saya via bbm, nah berikutnya saya ikutlah acara MBC selanjutnya, sampai akhirnya kini berubah menjadi AIMI Cabang Sulawesi Selatan.

Saya gagal ASI tapi saya bertekad mendedikasikan jiwa dan raga saya ke dunia per-ASI-an demi keseriusan saya yang ingin saya tunjukkan semata-mata kepada anak saya, Zahfirah. Saya ingin berikan bukti nyata kepada Zhafirah kalau saya benar-benar berjuang dan berusaha mengalahkan ego saya dengan belajar dan terus belajar soal ASI, karena posisi saya saat itu full dukungan memberikan ASI dari keluarga hanya pribadi saya yang ternyata kurang ilmu. Dengan motivasi itulah kini saya bergabung di kepengurusan AIMI Cabang Sulawesi Selatan.

Dan di AIMI-lah saya tau permasalahan saya dalam proses menyusui adalah bingung putting karena penggunaan dot sebagai media pemberian ASIP. Dan hal itu terjawab sewaktu Zhafirah berumur 2tahun lebih.

Hidup terus berjalan dan saya berharap terus bisa belajar demi keluarga kecil saya. Caiyoooooo!

Related Articles

0 komentar:

Posting Komentar